Minggu, 09 Oktober 2011

Autobiografi Bagian Pertama


Galih Rifanda
12110929
2 ka 27


Nama Lengkap Saya adalah Galih Rifanda, lahir di Lumajang tanggal 30 juni 1992. Dulu saya Tinggal di Kecamatan  Jatiroto, Kota Lumajang, Jawa Timur , saya Anak pertama dari dua bersaudara dan anak terganteng , maksudnya anak pertama, hhe. agama saya islam. Dulu cita - cita masa kecil saya adalah Polisi, ikut Ayah saya yang juga seorang polisi, kakek dan buyut saya juga polisi, maka dari itu saya ingin masuk polisi, waktu saya kecil saya tinggal di asrama polisi jadi setiap hari saya pasti bertemu dengan polisi, sampai sekarang saya juga hampir ketemu dengan polisi, ya dengan ayah saya itu, haha.

pada saat memasuki usia 5 tahun saya masuk TK Pembangunan 1, namun saya tidak ingat sama sekali dengan teman - teman Tk saya, dan saat itu juga saya ikut pengajian di daerah kaliboto LOR. setelah TK saya melanjutkan di SDN Kaliboto Lor 04, disana saya hanya sampai kelas 2 caturwulan 2, setelah itu saya melanjutkan di SDN Harapan Jaya IV yaitu di Kota Bekasi, karena kakek saya membutkan ruma untuk ayah saya di Kota bekasi ini. Pada saat SD saya mendapatkan peringkat 8, ga jelek jelek banget, itu sudah membuat Orang tua Bangga, jelasnya.

Setelah SD , Saya Melanjutkan di SMP yang terbilang Favorit, yaitu SMPN 25 Bekasi, saya sangat senag pada saat pengumuman hasil masuk di SMP tersebut, karena dari 1200 orang saya ada di peringkat 49, cukup bangga atas capek dan lelah saat kelas 6 SD, pada saat di SMP, peraturannya sangat jelas berbedam karena di SMP tidak boleh keluar, sedangkan di SD boleh keluar pada saat jam istirahat, Pada saat saya SMP kelas 2, Saya ikut Klub Badminton yang berada di belakang SMAN 4 Bekasi, Saat itu saya benar benar minder karena semua anak anak kecil disana sangat pandai bermain Badminton, Pada saat Hari minggu, yaitu saat Latihan Fisik, saya benar benar capek, karena tidak biasa berolah raga, dan saya sampai mutah karena terlalu capek, setelah beristirahat, saya disuruh pelatih saya single dengan anak SD kelas 3, pada saat itu nilai permainan masih sampai 15, karena sekarang berbeda dengan sistem rally point, yaitu dengan nila 21. Saya dikalahkan anak SD tersebut dengan skor yang sangat memalukan, saya hanya dapat poin 1, kalah dengan skor 1 - 15, tetapi ayah saya bilang, kalah menag itu sudah biasa, apalagi lawan saya sudah 2 tahun ikut klub tersebut, oh iya nama klub tersebut adalah PB Kuda LAut yang disponsori oleh Pe*tamina ( Sensor Sedikit ).

Saat saya menginjakan kaki di kelas 3 SMP, saya benar benar capek, karena selain bimbel di sekolah , saya juga aktif di ekstrakulikuler Paskibra, dan harus juga latihan Badminton, walaupun seperti itu, ayah saya tetap memberikan semngat kepada saya. saat saya latihan, ada breafing sebentar dari pelatih, ternyata ada kejuaraan di daerah jakarta utara, semua anggota PB Kuda Laut bisa ikut, karena bersifat terbuka. Saya berbicara dengan orang tua saya, dan mereka menyetujuinya, bukan karena mngejar prestasi, tetapi mengejar pengalaman saya dalam dunia BuluTangkis. Akhirnya hari itu datang, saya berangakat bersama teman teman klub saya, sesampai disana, hanya dilakukan breafing jadwal dan Upacara pembukaan, saya dapat pertandingan di 2 hari berikutnya, saat pertandingan saya diantar oleh ayah saya, muter muter tidak tau alamat, akhirnya sampai di tempat pertandingan, saya langsung pemanasan, karena sebentar lagi bermain, saya akhirnya bermain, gugup yang saya alami, karena banyak juga disamping saya yang sedang bermain, dan bnyak juga penonton, walapun bukan melihat saya, tetapi saya harus fokus, saat bermain pada set kedua, saya unggul cukup jauh, yaitu 9 - 0, pada saat nilai 11 - 2 istirahat, anak dari pelatih saya yang mendampingi saya, yaitu kak ari, dia memberi nasihat agar saya tambah percaya diri untuk bermain, setelah istirahat, saya masuk lapangan lagi, bermain dengan lawan yang relatif mudah, saya dibuat tertawa karena sepatu lawan saya lepas, dan saya langsung tutup mulut, karena jika pelatih tahu, saya akan dimarahinya, akhirnya saya menang dengan sskor 21-18 dan 21-5. cukup bangga, setelah pertandingan itu hari berikutnya ayah saya tidak bisa mengantar saya ke kejuaraan itu, akhirnya saya tidak melanjutkan kejuaraan itu karena tidak ada yang mengantar, saya tidak bisa pergi sendiri, karena saya tidak tahu dan tidak boleh berangakt sendiri. Masa SMP sudah terlewatkan, selanjutnya Masa SMA...

0 komentar:

Posting Komentar