Jumat, 03 Mei 2013

Tentang Seseorang




            Pada tanggal 30 Juni 1992, lahirlah seorang anak lelaki bernama Galih Rifanda, lahir di Lumajang tanggal 30 Juni 1992. Bertempat di Rumah Sakit Umum Lumajang. Galih Rifanda tinggal di Kecamatan  Jatiroto, Kota Lumajang, Jawa Timur, dia anak pertama dari dua bersaudara. Dia di lahirkan dengan Agama Islam. Dia mempunyai adik bernama Lovita Ratnasari, adiknya lahir di Kota Lumajang pada tanggal 23 Mei 1995. Ayah dari Galih Rifanda ini lahir di Jogjakarta pada tanggal 25 Februari 1963, isti dari ayahnya ini lahir di surabaya pada tanggal 27 November 1966.
            Latar belakang keluarga adalah seorang polisi, dimana ayah, kakek, dan buyutnya adalah polisi. Dulu cita - cita masa kecilnya adalah polisi, mengikuti Ayahnya yang juga seorang polisi, kakek dan buyutnya juga seorang polisi, maka dari itu dia ingin masuk polisi, waktu kecil tinggal di asrama polisi jadi setiap hari dia pasti bertemu dengan polisi.
            Saat tinggal di asrama polisi, dia mempunyai sahabat yang bernama Lucky dan Randi, mereka adalah teman baiknya pada saat kecil. Saat berumur 5 tahun saat dia bermain kakinya terkena kawat berduri yang di pasang di dekat Asrama tersebut, lalu di bawa ke klinik di dekat Asrama yang bidannya adalah adik neneknya sendiri yang bernama Nuryati dan di panggil Uti Nunung oleh ifan masa kecil sampai dewasa.
            Saat berumur 4 tahun dia sekolah di pendidikan TK di Lumajang, Jawa Timur. TK di TK Pembangunan II sampai berumur 6 tahun, lalu ia melanjutkan sekolahnya di SDN Kaliboto Lor IV, pada kelas 2 SD Ifan sekeluarga pindah ke Bekasi, yaitu bertempat di Jalan Alia 2 No 25, dia melanjutkan di SD Bekasi, di SDN Harapan Jaya IX, saat SD di bekasi dia merasa pendiam karena belum banyak teman yang bermain dengannya, pada masa SD anak-anak di SD sering bermain, tetapi tidak lama dia mempunyai sahabat yaitu ternyata teman di dekat rumahnya. Panggilan di rumahnya adalah Ifan, di ambil dari nama lengkapnya yaitu Rifanda dan di singkat Ifan. Melanjutkan di SMP yang terbilang Favorit, yaitu SMPN 25 Bekasi, dia sangat senang pada saat pengumuman hasil masuk di SMP tersebut, karena dari 1200 orang dia ada di peringkat 49, cukup bangga kepada diri sendiri pada saat waktu itu, karena lelah saat kelas 6 SD terpuaskan pada saat tes masuk SMP Negri.
            Pada saat waktu SMP dia dianjurkan mengikuti lomba olah raga renang se-Kota Bekasi, saat SMP dia yang paling cepat dalam olahraga berenang, maka dari itu dia di anjurkan mengikuti lomba renang se-Bekasi. Saat masih kecil ia di ajarkan renang oleh ayahnya, karena ayahnya bisa berenang, dan sedikit paham tentang teknik berenang. Tetapi, ia tidak bisa membawa nama sekolahnya pada saat kelas 2 SMP karena sebelumnya dia sakit, dan tidak bisa di paksakan untuk berenang. Saat kelas 3 lagi-lagi dia di anjurkan mengikuti kejuaraan PON se-Kota Bekasi dalam cabang renang, dan lagi-lagi dia ridak bisa mengikutinya, dengan keadaan yang sama, yaitu karena sakit.
            Pada kelas 2 SMP hobinya adalah bermain bulu tangkis dan berenang, pada saat masih SMP, dia mengikuti kursus latihan bulutangkis, dimana nama Persatuan Bulutangkis (PB) adalah PB Kuda Laut. Pada saat itu dia mengikuti kursus selama 2 tahun, dia di berikan formulir oleh pelatihnya yaitu Bapak Yansen untuk mengikuti kejuaraan Bulutangkis antar persatuan bulu tangkis, dimana pada saat itu dia masih kelas 2 SMP. Pengalaman ini adalah pengalaman yang sangat berharga, dimana saat di tempat kejuaraan, dia menemui atlet pemula yang sudah sangat mahir dalam bermain bulu tangkis.      Semua anggota PB Kuda Laut bisa ikut, karena bersifat terbuka. Lalu ia berbicara dengan orang tuanya, dan mereka menyetujuinya, bukan karena mngejar prestasi, tetapi mengejar pengalaman dalam dunia olahraga bulutangkis.
            Akhirnya hari itu datang, Galih saat kelas 2 SMP berangkat bersama teman teman klub PB Kuda Laut, sesampai disana, hanya dilakukan breafing jadwal dan Upacara pembukaan, dia dapat pertandingan di 2 hari berikutnya, saat pertandingan dia diantar oleh ayahnya, ternyata ayahnya tidak tau alamat, setelah bertanya kepada orang saat di jalan, akhirnya kami sampai di tempat pertandingan, ia langsung pemanasan, karena sebentar lagi bermain, dia akhirnya bermain, gugup yang dia alami, karena banyak juga di lapangan sebelahnya banyak yang sedang bermain, dan banyak juga penonton, walapun bukan melihatnya, tetapi dia sangat fokus pada game itu, saat bermain pada set kedua, ia unggul cukup jauh, yaitu 9 - 0, pada saat nilai 11 - 2 istirahat, anak dari pelatihya yang mendampingi, yaitu kak ari, dia memberi nasihat agar ia bertambah percaya diri untuk bermain, setelah istirahat, dia masuk lapangan lagi, bermain dengan lawan yang relatif mudah, dia dibuat tertawa karena sepatu lawannya terlepas, dan ia langsung tutup mulut, karena jika pelatih tahu, ia akan dimarahinya, akhirnya pada game itu dia menang dengan skor 21-18 dan 21-5.
            Cukup bangga dengan latihan berat yang di terapkan oleh pelatihnya. Setelah pertandingan itu hari berikutnya ayahnya tidak bisa mengantar ke kejuaraan itu, akhirnya dia tidak bisa melanjutkan kejuaraan itu karena tidak ada yang mengantar, dia tidak bisa pergi sendiri, karena tidak tahu dan tidak boleh berangkat sendiri.
            Saat tes masuk SMA dia tidak mendapatkan SMAN, akhirnya dia bersekolah di SMA Taman Harapan II, dimana letak sekolahnya tidak jauh dari tempat tinggal Galih. Saat SMA penjurusan, dia di haruskan membuat karya ilmiah untuk syarat sebagai penjurusan IPA atau IPS. Saat itu ia membuat karya tulis ilmiah “Bahaya Narkotika dan Obat-obatan Terlarang, dimana akhirnya ia masuk ke jurusan IPA.
            Saat kelas 3 SMA ia sangat merasakan susahnya menjalani pelajaran-pelajaran di dalam jurusan IPA, tetapi dia berusaha terus menerus dan akhirnya bisa karena terbiasa dengan pelajaran di dalam jurusan IPA. Pada kelas 3 semeter 2 dia dan teman kelasnya membuat film dokumenter yang berjudul “Corner Of School” nama itu di ambil karena letak kelasnya yang berada di paling pojok. Film tersebut ingin di tampilkan pada saat perpisahan SMA, tetapi tidak mendapatkan ijin dari guru-guru di SMA itu, karena saat perpisahan, acara yang di jadwalkan sudah padat, tidak bisa di ubah lagi.
            Pada saat ingin memasuki Perguruan Tinggi, dia sangat menginginkan Politeknik Negeri Malang, dimana omnya yaitu suami dari adik ibunya adalah dosen di Politeknik tersebut, tetapi akhirnya ia kuliah di Universitas Gunadarma, mengambil Jurusan Sistem Informasi (S1), Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi.
            Di Universitas Gunadarma ia mendapatkan kelas 1ka33, saat libur setelah uas, ia dan temannya berlibur ke kepulauan 1000 tepatnya di pulau Pramuka, ini adalah pengalamannya yang sangat ia kenang, karena disana, di Pulau Pramuka, keadaannya sangat tentram dan bebas polusi, karena kendaraan disana sangat sedikit, karena ukuran pulau yang relatif kecil, kendaraan disana tidak banyak.
            Saat berlibur pada semester 5, dia berlibur ke rumah adik neneknya yang berada di Lumajang, saat itu ia pergi berlibur ke Gunung Bromo di Kota Probolinggo, pengalaman ini yang ia ingat adalah menaiki gunung dengan kendaraan roda 2 yaitu Sepeda Motor Vespa tahun 1992, yang ia kenang adalah kendaraannya mogok hingga tiga kali, dimana ia harus mendorong saat jalan tanjakan yang cukup terjal. Dia kecewa pada saat di puncak bromo, karena ia tidak mendapatkan pemandangan yang ia suka, yaitu Sunrise atau Matahari Terbit.
            Akhirnya dia hanya berfoto di tempat yang disebut lautan pasir, disana ia dan saudaranya saat melewati lautan pasir hampir jatuh dari kendaraan vespa itu, karena pasir di sana sangat halus dan tebal. Tetapi saudaranya sangat mahir berkendara, karena saudaranya itu adalah pembalap motocross yang pastinya sudah terbiasa dengan pasir yang cukup tebal di arena balap motocross.