Pada tanggal 30 Juni 1992, lahirlah
seorang anak lelaki bernama Galih Rifanda, lahir di Lumajang tanggal 30 Juni
1992. Bertempat di Rumah Sakit Umum Lumajang. Galih Rifanda tinggal di
Kecamatan Jatiroto, Kota Lumajang, Jawa Timur, dia anak pertama dari dua
bersaudara. Dia di lahirkan dengan Agama Islam. Dia mempunyai adik bernama
Lovita Ratnasari, adiknya lahir di Kota Lumajang pada tanggal 23 Mei 1995. Ayah
dari Galih Rifanda ini lahir di Jogjakarta pada tanggal 25 Februari 1963, isti
dari ayahnya ini lahir di surabaya pada tanggal 27 November 1966.
Latar belakang keluarga adalah
seorang polisi, dimana ayah, kakek, dan buyutnya adalah polisi. Dulu cita -
cita masa kecilnya adalah polisi, mengikuti Ayahnya yang juga seorang polisi,
kakek dan buyutnya juga seorang polisi, maka dari itu dia ingin masuk polisi,
waktu kecil tinggal di asrama polisi jadi setiap hari dia pasti bertemu dengan
polisi.
Saat tinggal di asrama polisi, dia
mempunyai sahabat yang bernama Lucky dan Randi, mereka adalah teman baiknya
pada saat kecil. Saat berumur 5 tahun saat dia bermain kakinya terkena kawat
berduri yang di pasang di dekat Asrama tersebut, lalu di bawa ke klinik di
dekat Asrama yang bidannya adalah adik neneknya sendiri yang bernama Nuryati
dan di panggil Uti Nunung oleh ifan masa kecil sampai dewasa.
Saat
berumur 4 tahun dia sekolah di pendidikan TK di Lumajang, Jawa Timur. TK di TK
Pembangunan II sampai berumur 6 tahun, lalu ia melanjutkan sekolahnya di SDN
Kaliboto Lor IV, pada kelas 2 SD Ifan sekeluarga pindah ke Bekasi, yaitu bertempat
di Jalan Alia 2 No 25, dia melanjutkan di SD Bekasi, di SDN Harapan Jaya IX, saat
SD di bekasi dia merasa pendiam karena belum banyak teman yang bermain
dengannya, pada masa SD anak-anak di SD sering bermain, tetapi tidak lama dia
mempunyai sahabat yaitu ternyata teman di dekat rumahnya. Panggilan di rumahnya
adalah Ifan, di ambil dari nama lengkapnya yaitu Rifanda dan di singkat Ifan.
Melanjutkan di SMP yang terbilang Favorit, yaitu SMPN 25 Bekasi, dia sangat
senang pada saat pengumuman hasil masuk di SMP tersebut, karena dari 1200 orang
dia ada di peringkat 49, cukup bangga kepada diri sendiri pada saat waktu itu,
karena lelah saat kelas 6 SD terpuaskan pada saat tes masuk SMP Negri.
Pada
saat waktu SMP dia dianjurkan mengikuti lomba olah raga renang se-Kota Bekasi,
saat SMP dia yang paling cepat dalam olahraga berenang, maka dari itu dia di
anjurkan mengikuti lomba renang se-Bekasi. Saat masih kecil ia di ajarkan
renang oleh ayahnya, karena ayahnya bisa berenang, dan sedikit paham tentang
teknik berenang. Tetapi, ia tidak bisa membawa nama sekolahnya pada saat kelas
2 SMP karena sebelumnya dia sakit, dan tidak bisa di paksakan untuk berenang.
Saat kelas 3 lagi-lagi dia di anjurkan mengikuti kejuaraan PON se-Kota Bekasi
dalam cabang renang, dan lagi-lagi dia ridak bisa mengikutinya, dengan keadaan
yang sama, yaitu karena sakit.
Pada
kelas 2 SMP hobinya adalah
bermain bulu tangkis dan berenang, pada saat masih SMP, dia mengikuti kursus
latihan bulutangkis, dimana nama Persatuan Bulutangkis (PB) adalah PB Kuda
Laut. Pada saat itu dia mengikuti kursus selama 2 tahun, dia di berikan formulir
oleh pelatihnya yaitu Bapak Yansen untuk mengikuti kejuaraan Bulutangkis antar
persatuan bulu tangkis, dimana pada saat itu dia masih kelas 2 SMP. Pengalaman
ini adalah pengalaman yang sangat berharga, dimana saat di tempat kejuaraan, dia
menemui atlet pemula yang sudah sangat mahir dalam bermain bulu tangkis. Semua
anggota PB Kuda Laut bisa ikut, karena bersifat terbuka. Lalu ia berbicara
dengan orang tuanya, dan mereka menyetujuinya, bukan karena mngejar prestasi,
tetapi mengejar pengalaman dalam dunia olahraga bulutangkis.
Akhirnya
hari itu datang, Galih saat kelas 2 SMP berangkat bersama teman teman klub PB
Kuda Laut, sesampai disana, hanya dilakukan breafing jadwal dan Upacara
pembukaan, dia dapat pertandingan di 2 hari berikutnya, saat pertandingan dia diantar
oleh ayahnya, ternyata ayahnya tidak tau alamat, setelah bertanya kepada orang
saat di jalan, akhirnya kami sampai di tempat pertandingan, ia langsung
pemanasan, karena sebentar lagi bermain, dia akhirnya bermain, gugup yang dia alami,
karena banyak juga di lapangan sebelahnya banyak yang sedang bermain, dan banyak
juga penonton, walapun bukan melihatnya, tetapi dia sangat fokus pada game itu,
saat bermain pada set kedua, ia unggul cukup jauh, yaitu 9 - 0, pada saat nilai
11 - 2 istirahat, anak dari pelatihya yang mendampingi, yaitu kak ari, dia
memberi nasihat agar ia bertambah percaya diri untuk bermain, setelah
istirahat, dia masuk lapangan lagi, bermain dengan lawan yang relatif mudah, dia
dibuat tertawa karena sepatu lawannya terlepas, dan ia langsung tutup mulut,
karena jika pelatih tahu, ia akan dimarahinya, akhirnya pada game itu dia
menang dengan skor 21-18 dan 21-5.
Cukup
bangga dengan latihan berat yang di terapkan oleh pelatihnya. Setelah pertandingan
itu hari berikutnya ayahnya tidak bisa mengantar ke kejuaraan itu, akhirnya dia
tidak bisa melanjutkan kejuaraan itu karena tidak ada yang mengantar, dia tidak
bisa pergi sendiri, karena tidak tahu dan tidak boleh berangkat sendiri.
Saat
tes masuk SMA dia tidak mendapatkan SMAN, akhirnya dia bersekolah di SMA Taman
Harapan II, dimana letak sekolahnya tidak jauh dari tempat tinggal Galih. Saat
SMA penjurusan, dia di haruskan membuat karya ilmiah untuk syarat sebagai
penjurusan IPA atau IPS. Saat itu ia membuat karya tulis ilmiah “Bahaya
Narkotika dan Obat-obatan Terlarang, dimana akhirnya ia masuk ke jurusan IPA.
Saat
kelas 3 SMA ia sangat merasakan susahnya menjalani pelajaran-pelajaran di dalam
jurusan IPA, tetapi dia berusaha terus menerus dan akhirnya bisa karena
terbiasa dengan pelajaran di dalam jurusan IPA. Pada kelas 3 semeter 2 dia dan
teman kelasnya membuat film dokumenter yang berjudul “Corner Of School” nama itu di ambil karena letak kelasnya yang
berada di paling pojok. Film tersebut ingin di tampilkan pada saat perpisahan
SMA, tetapi tidak mendapatkan ijin dari guru-guru di SMA itu, karena saat
perpisahan, acara yang di jadwalkan sudah padat, tidak bisa di ubah lagi.
Pada
saat ingin memasuki Perguruan Tinggi, dia sangat menginginkan Politeknik Negeri
Malang, dimana omnya yaitu suami dari adik ibunya adalah dosen di Politeknik
tersebut, tetapi akhirnya ia kuliah di Universitas Gunadarma, mengambil Jurusan
Sistem Informasi (S1), Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi.
Di
Universitas Gunadarma ia mendapatkan kelas 1ka33, saat libur setelah uas, ia
dan temannya berlibur ke kepulauan 1000 tepatnya di pulau Pramuka, ini adalah
pengalamannya yang sangat ia kenang, karena disana, di Pulau Pramuka,
keadaannya sangat tentram dan bebas polusi, karena kendaraan disana sangat
sedikit, karena ukuran pulau yang relatif kecil, kendaraan disana tidak banyak.
Saat
berlibur pada semester 5, dia berlibur ke rumah adik neneknya yang berada di
Lumajang, saat itu ia pergi berlibur ke Gunung Bromo di Kota Probolinggo,
pengalaman ini yang ia ingat adalah menaiki gunung dengan kendaraan roda 2
yaitu Sepeda Motor Vespa tahun 1992, yang ia kenang adalah kendaraannya mogok
hingga tiga kali, dimana ia harus mendorong saat jalan tanjakan yang cukup
terjal. Dia kecewa pada saat di puncak bromo, karena ia tidak mendapatkan
pemandangan yang ia suka, yaitu Sunrise
atau Matahari Terbit.
Akhirnya
dia hanya berfoto di tempat yang disebut lautan pasir, disana ia dan saudaranya
saat melewati lautan pasir hampir jatuh dari kendaraan vespa itu, karena pasir
di sana sangat halus dan tebal. Tetapi saudaranya sangat mahir berkendara, karena
saudaranya itu adalah pembalap motocross
yang pastinya sudah terbiasa dengan pasir yang cukup tebal di arena balap motocross.